Sabtu, 15 Oktober 2011

Pengusaha Jatim Tak Bekali Riset Pasar yang Memadai




Reporter : Ainur Rohim

Sidney (beritajatim.com)--Pengusaha Jawa Timur diharapkan bisa memacu pasar di luar negeri, termasuk ke Australia. Untuk keperluan ini, pengusaha nasional perlu bersinergi untuk melakukan riset pemasaran yang komprehensif guna memetakan potensi pasar di Negeri Kanguru tersebut.

Demikian dikatakan Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Bidang Pengembangan Jaringan Usaha, Diar Kusuma Putra, di Sidney, Jumat (1/7/2011). Diar dihubungi wartawan dari Surabaya sesuai delegasi Kadin Jatim bertemu dengan Kadin New South Wales, Australia, Jumat (1/7/2011).

"Pengusaha kita sebenarnya bisa memanfaatkan keberadaan Indonesia-Australia Business Council untuk mengetahui potensi pasar yang bisa digarap di Australia. Namun hal itu selama ini tak optimal," ujar Diar.

Berdasarkan data BPS, perdagangan Indonesia-Australia terus menunjukkan tren positif setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan 8,2% per tahun sepanjang 2006-2010. Pada 2010, nilai perdagangan kedua negara mencapai USD 8,3 miliar.

Namun, neraca perdagangan Indonesia dan Australia masih terus defisit. Pada 2006 desifit USD 1,076 miliar, 2007 defisit USD 949,226 juta, 2008 defisit USD 1,873 miliar, 2009 defisit USD 1,662 miliar, dan 2010 defisit USD 1,729 miliar.

Neraca perdagangan Jatim dan Australia juga masih defisit. Pada periode Januari-Mei 2011, impor nonmigas Jatim dari Australia mencapai USD 261,45 juta, naik 24,7% dibanding Januari-Mei 2010 yang sebesar USD 209,49 juta. Kontribusi impor nonmigas dari Australia terhadap total impor nonmigas sebesar 4,09%. Ekspor Jatim ke Australia tidak tercatat dalam jajaran sepuluh besar ekspor karena nilainya tidak signifikan.

Indonesia mengekspor berbagai komoditas curah seperti nikel, kertas, dan bahan kimia. Adapun Australia mengirim gandum, korondum, gula, biji besi, pupuk, alumunium, ternak, dan peralatan industri.

Diar menuturkan, pengusaha nasional juga perlu meningkatkan nilai tambah ekspor ke Australia. Pasalnya, selama ini produk curah yang diekspor Indonesia merupakan bahan mentah yang akan diproses lebih lanjut dan bahkan direekspor ke Indonesia.

"Adapun untuk produk manufaktur kita, berdasarkan pantauan kita di sini dan sharing dari pengusaha di New South Wales, belum bisa bersaing dengan produk dari China, Korea Selatan, Jepang, dan Singapura," tutur Diar.

Senior Manager International Trade di Australian Business Consulting and Solutions, Ian Bennett, mengatakan, produk dari Indonesia kurang memiliki daya saing, bahkan jika dibandingkan dengan produk serupa dari kawasan Asean. "Pengusaha Indonesia juga kurang memiliki konsep riset pemasaran yang bagus. Perlu ada pengembangan market intelligence ," ujar Ian seperti ditirukan Diar. Ian sendiri memang ditugaskan pada divisi perdagangan internasional dengan spesialisasi kawasan ASEAN.

Diar menambahkan, dengan membidik pasar Australia, Indonesia sekaligus juga bisa menyasar pasar negara-negara sekawasan seperti Selandia Baru, Kepulauan Fiji, Kepulauan Solomon, Republik Palau, Republik Kiribati, maupun Vanuatu.

Pasar di Australia sebenarnya juga bisa dikembangkan lebih luas lagi dan tidak bertumpu pada dua kota besar, yaitu Melbourne dan Sidney. Selama ini, konsentrasi kargo Indonesia hanya menuju ke Pelabuhan Melbourne dan Sydney masing-masing sebesar 37% dan 31%. Adapun sisanya ke Pelabuhan Brisbane sebesar 15%, Perth/Fremantle sebesar 12%, dan Flinders sebesar 5%.

Kerja sama bisnis Diar menambahkan, Kadin New South Wales menawarkan sejumlah kerja sama bisnis, antara lain, di bidang investasi dan operator kepelabuhanan, tenaga panas bumi (gothermal), suplai air bersih, dan pengembangan energi, baik energi terbarukan maupun energi tak terbarukan.

"Kadin New South Wales juga menawarkan pengaturan alur distribusi daging sapi asal australia pascalarangan pemerintah Australia mengenai ekspor sapi ke Indonesia. Mereka berharap bisa melanjutkan komunikasi secara lebih intens dalam rangka pertemuan berikutnya dalam bentuk one on one business meeting, sehingga kerja sama ini menjadi lebih konkrit," papar Diar.

Riset, Riset, Riset dan Riset Pemasaran, Again!



Masih tentang artikel pemasaran, pada waktu saya membaca buku “cerdas beriklan”, menurut pengarangnya,  banyak dari pengusaha-pengusaha kita masih jarang memanfaatkan riset pasar.
Padahal ada seorang staf pemasaran sebuah perusahaan asing mengatakan bahwa di perusahaannya ada bagian Research and Development.
Menurut anda, apa tugasnya? Tentu saja riset pemasaran, terkhusus untuk mengembangkan produk-produk baru.
Jadi kalau mereka ingin mengeluarkan produk baru, anggaplah “pena anti macet”, idenya tersebut adalah hasil dari kebutuhan pasar. Bukannya “nemu wangsit” terus langsung diproduksi dan dipasarkan begitu saja.
Saya ambil contoh motor matic. Kenapa tiba-tiba motor matic begitu booming di Indonesia? Karena hasil riset menunjukkan bahwa banyak para wanita yang kesusahan dan malas naik motor dengan gigi perseneling yang merepotkan. Bahkan setelah produk diluncurkan, ternyata kaum pria-pun banyak yang menyukainya.
Coba anda bandingkan dengan para pengusaha-pengusaha kita. Apalagi yang masih awam dengan dunia riset-meriset atau dunia marketing. Begitu mereka menemukan “ide cemerlang”, tanpa melakukan riset pasar mereka langsung merealisasikan ide mereka. Masalah sesuai atau tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen itu perkara nantilah.
Yang lebih parah, sudah nggak pakai riset, langsung diproduksi dalam skala besar tanpa tes dan ukur terlebih dahulu. Alasannya sangat klasik, supaya cepet untung gedhe. Alhasil bukan untung yang di dapat tetapi malah buntung yang diterima.
Jika memang demikian pentingnya, mengapa tetap saja banyak pengusaha yang enggan melakukan riset pasar? Jawabannya sederhana. Malas dan terlalu njlimet (baca : rumit) untuk dilakukan.
Karena jangan salah, bukan hanya produk baru yang harus anda riset. Menentukan harga yang pas, memilih kemana produk anda akan dipajang, media periklanan yang dibaca oleh calon konsumen anda, hingga warna kemasan produk-pun perlu diriset. Pokoknya semuanya diriset!
Makanya jangan heran apabila proses meluncurkan sebuah produk baru bisa memakan waktu yang sangat lama. Eniwei, kalau anda belum tahu bagaimana caranya riset pasar, silahkan baca artikel saya tentang 3 metode riset pasar.
Dulu waktu saya hendak meluncurkan sebuah produk agrobisnis, saya harus mempersiapkan lebih dari tiga bulan untuk memperoleh kesimpulan dari produk saya. Bisa lebih cepat sebenarnya, cuman saya lebih banyak santainya. Biasa, penyakit malasnya kumat.
Saya mulai menentukan responden, membuat janji bertemu, memanggil koki untuk memasak produk saya, mewawancara masing-masing responden selama 1 jam, mencari pengganti apabila responden tiba-tiba menolak, dan sebagainya. Melelahkan dan menjemukan!
Tapi hasil yang saya dapat sungguh luar biasa. Saya jadi tahu berapa harga yang pas buat produk saya, kemana para konsumen itu pergi berbelanja, berapa besar keinginan mereka untuk repeatalias membeli lagi produk saya, sampai berapa kali mereka makan produk sejenis dalam satu minggu! Ini yang disebut menentukan segmentasi pasar.
Bandingkan apabila anda tiba-tiba “nemu wangsit” dan tanpa ba..bi..bu, langsung anda hajar! Iya kalau berhasil. Kalau gagal? Berapa kerugian yang harus anda tanggung? Berapa lama anda butuh waktu untuk mengembalikan semangat anda? Padahal semangat anda adalah bahan bakar anda. Atau jangan-jangan anda malah trauma!
Makanya seperti yang pernah saya tulis tentang pemasaran atau produksi, mana yang harus didahulukan, saya lebih suka mendahulukan pemasaran. Saya hanya mengeluarkan biaya tidak sampai 500 ribu untuk melakukan riset pasar tersebut!
Jadi sebelum anda akan merealisasikan “ide brilian” anda, riset, riset, riset dan riset! Ini bukan hanya sekedar slogan. Hal ini mutlak harus anda lakukan. Dan ingat, riset disini bukannya kita terlalu banyak mikir, terlalu banyak pertimbangan atau mau bisnis aja kok repot.
Riset disini fungsinya hanya untuk membuat produk agar sesuai dengan apa yang konsumen butuhkan. Biar pemasaran produk nantinya nggak susah. Juga biar nanti pada waktu merancangstrategi pemasaran produknya nggak pusing.
Kira-kira anda mau dan sanggup melakukannya? Menunda kesenangan anda untuk hal-hal yang melelahkan? Hanya anda dan Sang Pencipta yang tahu jawabannya, kecuali kalau anda cerita ke teman anda… :)

(Tips) Cara Sukses Membangun Bisnis Riset Pasar

Cara Sukses Membangun Bisnis Riset Pasar. MEMILIKI bisnis sendiri tentulah sangat menyenangkan. Apalagi jika bisnis tersebut mendatangkan keuntungan besar. Bagaimana cara merealisasikannya?

Membangun kerajaan bisnis yang menguntungkan bukanlah hal gampang. Bagi Anda yang tinggal meneruskan usaha yang dirintis oleh keluarga, bersyukurlah karena Anda tak perlu lagi mencari celahnya.

Nah, bagi Anda yang memulainya dari nol, pastilah butuh kerja keras plus kejelian melihat peluang. Banyak hal yang harus dipersiapkan, direncanakan, dan dilaksanakan dengan ketekunan. Ingin tahu tips sukses membangun bisnis, simak tips berikut ini:

Riset Pasar

Sekecil apa pun usaha yang hendak dibangun, langkah ini tetap harus dilakukan. Pasalnya, riset merupakan landasan utama dalam membangun bisnis. Pelajari kebiasaan masyarakat di mana Anda akan membuka usaha. Apakah usaha yang akan dibangun memiliki pasar yang prospektif. Tentukan mana yang akan jadi sasaran utama, Anda atau konsumen Anda jadi lebih kecil. Jangan tergiur melihat tren bisnis dan latah begitu saja mengikutinya. Apalagi bila Anda sudah menjadi yang ketiga, keempat, atau kelima, Anda pun akan susah mendapatkan pasar. Kecuali bila Anda memiliki nilai plus dibanding kompetitor.

Modal yang Memadai

Membuka usaha identik dengan modal yang besar. Memang ada benarnya. Inilah yang membuat orang berpikir dua kali saat hendak membuka usaha dan dibenturkan pada kebutuhan modal yang besar. Sementara mereka belum yakin apakah usahanya akan sukses seperti dalam perkiraan. Jangan buru-buru nyerah ketika terbentur soal modal. Saat ini ada beberapa jenis pilihan yang tersedia untuk mendapatkan modal usaha. Ada dapat memilih ikut program pemerintah dalam membangun usaha kecil.
Anda bisa mulai mengajukan pinjaman pada bank yang menangani usaha kecil dan mendapatkan pinjaman berjumlah kecil. Atau Anda bisa mengambil pinjaman pribadi di bank. Pilihan lain adalah mencari rekanan yang mau berinvestasi untuk memulai usaha bersama.

Partner yang Tepat

Membangun usaha butuh dukungan dari berbagai pihak. Mulai penyuplai barang, pemasaran, hingga konsultan. Nah, untuk urusan ini Anda harus benar-benar selektif memilihnya. Pilihlah partner kerja yang benar-benar bisa mendukung Anda.
Beberapa pengalaman manajemen juga lebih disukai. Jika Anda ingin rekan kerja yang memenuhi latar belakang financial, mereka perlu memiliki kredit yang bagus atau kemampuan untuk menawarkan dukungan financial.

Ciptakan Image yang Kuat

Untuk menyiasati sengitnya persaingan bisnis, sebelum memulai berbisnis Anda harus memikirkan bagaimana untuk menjadi beda dan tak terlupakan. Ini berkaitan dengan brand image yang akan Anda sebarkan kepada konsumen. Mungkin Anda bisa memulainya dengan desain tempat usaha yang unik dan eye cathing. Pada masa awal buatlah program-program penjualan yang menarik. Sabar pada awal usaha, jauhkan keinginan untuk mendapatkan laba besar. Lebih baik sebagian keuntungan diberikan untuk memberikan servis tambahan kepada konsumen.(okezone.com)


bisnis, membangun bisnis, cara membangun bisnis, tips membangun bisnis, tips bisnis