Rabu, 07 Desember 2011

BEI-Pefindo Lakukan Riset Pasar Modal untuk Emiten


JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) bekerjasama dengan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) akan menyediakan riset dan informasi fundamental tentang pasar modal bagi para emiten.

Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan informasi yang lebih bagus, dan memberikan analisis yang tajam tentang pasar modal.

Rencananya, riset tersebut akan dibiayai oleh BEI dan emiten yang akan diteliti dengan anggaran sekira Rp40 juta per tahunnya. Dengan komposisi Rp20 juta dari BEI dan, Rp20 juta dari emiten yang bersangkutan.

"Jadi kerjasama riset ini, dalam rangka mendongkrak para emiten yang masih tidur. Selain itu, riset ini juga akan memberikan informasi yang update bagi para investor," ungkap Direktur pencatatan BEI Eddy Sugito, di sela temu konsultasi anggota AEI, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (23/9/2008).

Dia sendiri belum mau menyebutkan sudah berapa emiten yang tertarik dalam kerjasama ini. Namun yang pasti, dia menargetkan di awal tahun ini ada 100 emiten yang akan melakukan kerjasama.

Di samping itu, proyek kerjasama riset ini banyak mendapatkan apresiasi dari pelaku emiten yang stagnan karena keterbatasan analisis dan cost yang besar untuk melakukan riset.

Selain itu, hampir sebagian besar dari 398 emiten yang terdaftar di BEI belum semuanya tersentuh untuk melakukan riset tentang analisis pasar.

Hal senada juga disampaikan Direktur Pefindo Jose Rizal bahwa hampir 80 persen emiten yang terdaftar di BEI dan bertransaksi hanya emiten-emiten besar. Sisanya emiten yang tidur.

Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan dan riset analisis yang dilakukan. Maka diharapkan dengan kerjasama riset ini emiten-emiten yang tidur bisa terdongkrak dan memberikan keuntungan bagi para investor yang akan menanamkan modalnya di sana.

Di sisi lain dia juga menyampaikan kerjasama ini juga dalam rangka memberikan transparansi dan keterbukaan bagi para investor bahwa pasar perdagangan saham di Indonesia masih mempunyai prospek yang cerah.

Rencananya, hasil riset kerjasama ini akan dipublikasikan setahun dua kali berupa diskusi. "Hasil riset ini akan kita publikasikan secara periodik setahun dua kali. Namun, publikasi ini akan diinformasikan setelah BEI mempublikasikan terlebih dahulu," paparnya.

Dia meyakini, jika ada beberapa emiten yang mau mendaftarkan riset ini dengan BEI dan Pefindo. (ade

Perlukah Melakukan Riset Pasar dalam Optimasi Blog (SEO)

Riset pasar sangat penting sebelum memulai bisnis online. Membuat blog dengan membidik kata kunci yang niche, adalah salah satu strategi dalam bisnis online. Dan untuk mendapatkan kata kunci yang niche itulah kita harus melakukan riset pasar terlebih dahulu.

Logikanya begini. Kita akan sulit menjual sesuatu yang tidak banyak dicari orang. Kita juga akan sulit menjual sesuatu yang orang sudah banyak menjualnya (banyak saingan). Tapi kita akan lebih mudah menjual sesuatu yang banyak dicari orang tapi belum banyak yang menjualnya. Singkatnya kita akan melakukan riset suatu bisnis yang sedikit saingan tapi banyak permintaan, sehingga peluang dagangan kita akan laris manis cukup besar karena memang permintaan tinggi. Bisa diterima?

Dan sekali lagi itu semua perlu riset pasar.

Apa sih tujuan dari SEO itu?

Tujuan SEO adalah supaya bisa menduduki posisi teratas search engine (google, yahoo, bing dll). Agar blog kita cepat mendapatkan posisi itu, kita harus membidik kata kunci dengan pesaing yang sedikit. Kalo saingan kita banyak kita akan sangat kesulitan untuk bisa menduduki posisi teratas serach engine. Jadi optimasi blog yang mentarget kata kunci yang pesaingnya sedikit akan lebih mudah bukan?

Dan untuk kesekian kalinya untuk menemukan keyword dengan pesaing sedikit kita perlu melakukan riset pasar.

Dari ilustrasi singkat diatas sudah terjawab bukan "Perlukah melakukan riset pasar dalam optimasi blog (SEO)?"

Jawabannya : Sangat perlu.

Sabtu, 15 Oktober 2011

Pengusaha Jatim Tak Bekali Riset Pasar yang Memadai




Reporter : Ainur Rohim

Sidney (beritajatim.com)--Pengusaha Jawa Timur diharapkan bisa memacu pasar di luar negeri, termasuk ke Australia. Untuk keperluan ini, pengusaha nasional perlu bersinergi untuk melakukan riset pemasaran yang komprehensif guna memetakan potensi pasar di Negeri Kanguru tersebut.

Demikian dikatakan Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Bidang Pengembangan Jaringan Usaha, Diar Kusuma Putra, di Sidney, Jumat (1/7/2011). Diar dihubungi wartawan dari Surabaya sesuai delegasi Kadin Jatim bertemu dengan Kadin New South Wales, Australia, Jumat (1/7/2011).

"Pengusaha kita sebenarnya bisa memanfaatkan keberadaan Indonesia-Australia Business Council untuk mengetahui potensi pasar yang bisa digarap di Australia. Namun hal itu selama ini tak optimal," ujar Diar.

Berdasarkan data BPS, perdagangan Indonesia-Australia terus menunjukkan tren positif setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan 8,2% per tahun sepanjang 2006-2010. Pada 2010, nilai perdagangan kedua negara mencapai USD 8,3 miliar.

Namun, neraca perdagangan Indonesia dan Australia masih terus defisit. Pada 2006 desifit USD 1,076 miliar, 2007 defisit USD 949,226 juta, 2008 defisit USD 1,873 miliar, 2009 defisit USD 1,662 miliar, dan 2010 defisit USD 1,729 miliar.

Neraca perdagangan Jatim dan Australia juga masih defisit. Pada periode Januari-Mei 2011, impor nonmigas Jatim dari Australia mencapai USD 261,45 juta, naik 24,7% dibanding Januari-Mei 2010 yang sebesar USD 209,49 juta. Kontribusi impor nonmigas dari Australia terhadap total impor nonmigas sebesar 4,09%. Ekspor Jatim ke Australia tidak tercatat dalam jajaran sepuluh besar ekspor karena nilainya tidak signifikan.

Indonesia mengekspor berbagai komoditas curah seperti nikel, kertas, dan bahan kimia. Adapun Australia mengirim gandum, korondum, gula, biji besi, pupuk, alumunium, ternak, dan peralatan industri.

Diar menuturkan, pengusaha nasional juga perlu meningkatkan nilai tambah ekspor ke Australia. Pasalnya, selama ini produk curah yang diekspor Indonesia merupakan bahan mentah yang akan diproses lebih lanjut dan bahkan direekspor ke Indonesia.

"Adapun untuk produk manufaktur kita, berdasarkan pantauan kita di sini dan sharing dari pengusaha di New South Wales, belum bisa bersaing dengan produk dari China, Korea Selatan, Jepang, dan Singapura," tutur Diar.

Senior Manager International Trade di Australian Business Consulting and Solutions, Ian Bennett, mengatakan, produk dari Indonesia kurang memiliki daya saing, bahkan jika dibandingkan dengan produk serupa dari kawasan Asean. "Pengusaha Indonesia juga kurang memiliki konsep riset pemasaran yang bagus. Perlu ada pengembangan market intelligence ," ujar Ian seperti ditirukan Diar. Ian sendiri memang ditugaskan pada divisi perdagangan internasional dengan spesialisasi kawasan ASEAN.

Diar menambahkan, dengan membidik pasar Australia, Indonesia sekaligus juga bisa menyasar pasar negara-negara sekawasan seperti Selandia Baru, Kepulauan Fiji, Kepulauan Solomon, Republik Palau, Republik Kiribati, maupun Vanuatu.

Pasar di Australia sebenarnya juga bisa dikembangkan lebih luas lagi dan tidak bertumpu pada dua kota besar, yaitu Melbourne dan Sidney. Selama ini, konsentrasi kargo Indonesia hanya menuju ke Pelabuhan Melbourne dan Sydney masing-masing sebesar 37% dan 31%. Adapun sisanya ke Pelabuhan Brisbane sebesar 15%, Perth/Fremantle sebesar 12%, dan Flinders sebesar 5%.

Kerja sama bisnis Diar menambahkan, Kadin New South Wales menawarkan sejumlah kerja sama bisnis, antara lain, di bidang investasi dan operator kepelabuhanan, tenaga panas bumi (gothermal), suplai air bersih, dan pengembangan energi, baik energi terbarukan maupun energi tak terbarukan.

"Kadin New South Wales juga menawarkan pengaturan alur distribusi daging sapi asal australia pascalarangan pemerintah Australia mengenai ekspor sapi ke Indonesia. Mereka berharap bisa melanjutkan komunikasi secara lebih intens dalam rangka pertemuan berikutnya dalam bentuk one on one business meeting, sehingga kerja sama ini menjadi lebih konkrit," papar Diar.

Riset, Riset, Riset dan Riset Pemasaran, Again!



Masih tentang artikel pemasaran, pada waktu saya membaca buku “cerdas beriklan”, menurut pengarangnya,  banyak dari pengusaha-pengusaha kita masih jarang memanfaatkan riset pasar.
Padahal ada seorang staf pemasaran sebuah perusahaan asing mengatakan bahwa di perusahaannya ada bagian Research and Development.
Menurut anda, apa tugasnya? Tentu saja riset pemasaran, terkhusus untuk mengembangkan produk-produk baru.
Jadi kalau mereka ingin mengeluarkan produk baru, anggaplah “pena anti macet”, idenya tersebut adalah hasil dari kebutuhan pasar. Bukannya “nemu wangsit” terus langsung diproduksi dan dipasarkan begitu saja.
Saya ambil contoh motor matic. Kenapa tiba-tiba motor matic begitu booming di Indonesia? Karena hasil riset menunjukkan bahwa banyak para wanita yang kesusahan dan malas naik motor dengan gigi perseneling yang merepotkan. Bahkan setelah produk diluncurkan, ternyata kaum pria-pun banyak yang menyukainya.
Coba anda bandingkan dengan para pengusaha-pengusaha kita. Apalagi yang masih awam dengan dunia riset-meriset atau dunia marketing. Begitu mereka menemukan “ide cemerlang”, tanpa melakukan riset pasar mereka langsung merealisasikan ide mereka. Masalah sesuai atau tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen itu perkara nantilah.
Yang lebih parah, sudah nggak pakai riset, langsung diproduksi dalam skala besar tanpa tes dan ukur terlebih dahulu. Alasannya sangat klasik, supaya cepet untung gedhe. Alhasil bukan untung yang di dapat tetapi malah buntung yang diterima.
Jika memang demikian pentingnya, mengapa tetap saja banyak pengusaha yang enggan melakukan riset pasar? Jawabannya sederhana. Malas dan terlalu njlimet (baca : rumit) untuk dilakukan.
Karena jangan salah, bukan hanya produk baru yang harus anda riset. Menentukan harga yang pas, memilih kemana produk anda akan dipajang, media periklanan yang dibaca oleh calon konsumen anda, hingga warna kemasan produk-pun perlu diriset. Pokoknya semuanya diriset!
Makanya jangan heran apabila proses meluncurkan sebuah produk baru bisa memakan waktu yang sangat lama. Eniwei, kalau anda belum tahu bagaimana caranya riset pasar, silahkan baca artikel saya tentang 3 metode riset pasar.
Dulu waktu saya hendak meluncurkan sebuah produk agrobisnis, saya harus mempersiapkan lebih dari tiga bulan untuk memperoleh kesimpulan dari produk saya. Bisa lebih cepat sebenarnya, cuman saya lebih banyak santainya. Biasa, penyakit malasnya kumat.
Saya mulai menentukan responden, membuat janji bertemu, memanggil koki untuk memasak produk saya, mewawancara masing-masing responden selama 1 jam, mencari pengganti apabila responden tiba-tiba menolak, dan sebagainya. Melelahkan dan menjemukan!
Tapi hasil yang saya dapat sungguh luar biasa. Saya jadi tahu berapa harga yang pas buat produk saya, kemana para konsumen itu pergi berbelanja, berapa besar keinginan mereka untuk repeatalias membeli lagi produk saya, sampai berapa kali mereka makan produk sejenis dalam satu minggu! Ini yang disebut menentukan segmentasi pasar.
Bandingkan apabila anda tiba-tiba “nemu wangsit” dan tanpa ba..bi..bu, langsung anda hajar! Iya kalau berhasil. Kalau gagal? Berapa kerugian yang harus anda tanggung? Berapa lama anda butuh waktu untuk mengembalikan semangat anda? Padahal semangat anda adalah bahan bakar anda. Atau jangan-jangan anda malah trauma!
Makanya seperti yang pernah saya tulis tentang pemasaran atau produksi, mana yang harus didahulukan, saya lebih suka mendahulukan pemasaran. Saya hanya mengeluarkan biaya tidak sampai 500 ribu untuk melakukan riset pasar tersebut!
Jadi sebelum anda akan merealisasikan “ide brilian” anda, riset, riset, riset dan riset! Ini bukan hanya sekedar slogan. Hal ini mutlak harus anda lakukan. Dan ingat, riset disini bukannya kita terlalu banyak mikir, terlalu banyak pertimbangan atau mau bisnis aja kok repot.
Riset disini fungsinya hanya untuk membuat produk agar sesuai dengan apa yang konsumen butuhkan. Biar pemasaran produk nantinya nggak susah. Juga biar nanti pada waktu merancangstrategi pemasaran produknya nggak pusing.
Kira-kira anda mau dan sanggup melakukannya? Menunda kesenangan anda untuk hal-hal yang melelahkan? Hanya anda dan Sang Pencipta yang tahu jawabannya, kecuali kalau anda cerita ke teman anda… :)

(Tips) Cara Sukses Membangun Bisnis Riset Pasar

Cara Sukses Membangun Bisnis Riset Pasar. MEMILIKI bisnis sendiri tentulah sangat menyenangkan. Apalagi jika bisnis tersebut mendatangkan keuntungan besar. Bagaimana cara merealisasikannya?

Membangun kerajaan bisnis yang menguntungkan bukanlah hal gampang. Bagi Anda yang tinggal meneruskan usaha yang dirintis oleh keluarga, bersyukurlah karena Anda tak perlu lagi mencari celahnya.

Nah, bagi Anda yang memulainya dari nol, pastilah butuh kerja keras plus kejelian melihat peluang. Banyak hal yang harus dipersiapkan, direncanakan, dan dilaksanakan dengan ketekunan. Ingin tahu tips sukses membangun bisnis, simak tips berikut ini:

Riset Pasar

Sekecil apa pun usaha yang hendak dibangun, langkah ini tetap harus dilakukan. Pasalnya, riset merupakan landasan utama dalam membangun bisnis. Pelajari kebiasaan masyarakat di mana Anda akan membuka usaha. Apakah usaha yang akan dibangun memiliki pasar yang prospektif. Tentukan mana yang akan jadi sasaran utama, Anda atau konsumen Anda jadi lebih kecil. Jangan tergiur melihat tren bisnis dan latah begitu saja mengikutinya. Apalagi bila Anda sudah menjadi yang ketiga, keempat, atau kelima, Anda pun akan susah mendapatkan pasar. Kecuali bila Anda memiliki nilai plus dibanding kompetitor.

Modal yang Memadai

Membuka usaha identik dengan modal yang besar. Memang ada benarnya. Inilah yang membuat orang berpikir dua kali saat hendak membuka usaha dan dibenturkan pada kebutuhan modal yang besar. Sementara mereka belum yakin apakah usahanya akan sukses seperti dalam perkiraan. Jangan buru-buru nyerah ketika terbentur soal modal. Saat ini ada beberapa jenis pilihan yang tersedia untuk mendapatkan modal usaha. Ada dapat memilih ikut program pemerintah dalam membangun usaha kecil.
Anda bisa mulai mengajukan pinjaman pada bank yang menangani usaha kecil dan mendapatkan pinjaman berjumlah kecil. Atau Anda bisa mengambil pinjaman pribadi di bank. Pilihan lain adalah mencari rekanan yang mau berinvestasi untuk memulai usaha bersama.

Partner yang Tepat

Membangun usaha butuh dukungan dari berbagai pihak. Mulai penyuplai barang, pemasaran, hingga konsultan. Nah, untuk urusan ini Anda harus benar-benar selektif memilihnya. Pilihlah partner kerja yang benar-benar bisa mendukung Anda.
Beberapa pengalaman manajemen juga lebih disukai. Jika Anda ingin rekan kerja yang memenuhi latar belakang financial, mereka perlu memiliki kredit yang bagus atau kemampuan untuk menawarkan dukungan financial.

Ciptakan Image yang Kuat

Untuk menyiasati sengitnya persaingan bisnis, sebelum memulai berbisnis Anda harus memikirkan bagaimana untuk menjadi beda dan tak terlupakan. Ini berkaitan dengan brand image yang akan Anda sebarkan kepada konsumen. Mungkin Anda bisa memulainya dengan desain tempat usaha yang unik dan eye cathing. Pada masa awal buatlah program-program penjualan yang menarik. Sabar pada awal usaha, jauhkan keinginan untuk mendapatkan laba besar. Lebih baik sebagian keuntungan diberikan untuk memberikan servis tambahan kepada konsumen.(okezone.com)


bisnis, membangun bisnis, cara membangun bisnis, tips membangun bisnis, tips bisnis